Wednesday 14 March 2012

Seberapa Liberal kah kita?


Cara memandang Islam dengan faham liberal atau cara orang liberal memandang Islam tentu keduanya akan menemui jalan yang bukan mengantarkan pada Islam, bahkan akan menjauhkannya dari Islam yang benar. Sebab apabila ingin mendapatkan Islam yang genuine, alias asli, hanya dapat didekati dengan cara melibatkan seluruh komponen jasad, akal dan hati secara penuh.

Menurut Charles Le Gai Eaton, seorang orientalis yang kemudian masuk Islam, “Upaya memahami Islam tanpa menggunakan pendekatan pemahaman dan ketundukan terhadap kalimat syahadat, akan menghasilkan pemahaman Islam yang tidak menyentuh isi.” Inilah barangkali yang dialami oleh sebagian aktivis Islam liberal dalam memandang Islam.

Fenomena Islam liberal di Indonesia, boleh dikatakan adalah fenomena ‘SOK MODERN’ orang-orang yang terpukau oleh kemajuan Barat saat ini. Mereka meyakini bahwa kemajuan umat Islam akan diperoleh apabila pola pandang dan pola hidup umat Islam meniru Barat. MEREKA adalah kelompok (yang) hanya meng-atas-nama-kan Islam, namun TIDAK SETUJU dengan diberlakukannya SYARI’AT ISLAM melalui cara formal oleh Negara. 

Kelompok ini giat memperjuangan isu-isu emansipasi wanita, sekularisasi dalam kehidupan bernegara, dan memperjuangkan demokrasi Barat untuk diterapkan secara utuh. Termasuk ‘perjuangan yang sangat gigih’ adalah menyamakan Islam dengan agama-agama lain sebagai suatu kebenaran yang hanya berbeda jalan yang ditempuh saja. Karena menurut mereka, “MENUJU ALLAH TIDAK HARUS MELALUI ISLAM. Astaghfirullaah…

Kelompok Islam Liberal ini telah mulai di populerkan di Indonesia tahun 1950-an. Kemudian berkembang pesat seiring dengan kemunculan tokoh utama komunitas ini —Dr. Nurcholis Madjid— tahun 1980-an. Sejak Maret 2001 kelompok ini menamakan diri dengan Jaringan Islam Liberal (JIL). 

Dengan menggunakan berbagai keunggulan mereka dalam menjalin hubungan dengan MEDIA MASSA (cetak dan elektronik) mereka terus memasarkan gagasan sekularisasi ide-ide teologi inklusif-pluralis. Pantas saja gaung mereka begitu membahana, walaupun sebenarnya kelompok mereka tidak signifikan jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak setuju dengan pemikiran mereka itu. Namun tetap saja (menurut kita), apabila kelompok ini dibiarkan, tidak diacuhkan, dan dianggap enteng, maka sungguh MEREKA itu lebih BERBAHAYA dibandingkan KAFIR HARBIY sekali pun.
DARI MANA ASAL (KEYAKINAN) MEREKA?

Faham liberal yang mereka anut tentu berasal dari Barat yang menerapkan prinsip liberalisme dalam segala aspek kehidupannya. Sedangkan liberalisme Barat terjadi karena adanya masa kegelapan di Eropa pada abad pertengahan.

Dengan rinci ustadz Adian Husaini menjelaskan penyebab liberalisasi di Eropa sebagai berikut :

PERTAMA : Karena Barat memiliki problem sejarah Kristen. Di zaman pertengahan, umat Kristen memiliki trauma dominasi agama (Gereja) Kristen atas mereka. Pada masa itu gereja begitu mendominasi dan otoriter terhadap masyarakat. Berbagai ‘pemaksaan’ terjadi dalam bidang sosial dan bahkan dalam bidang keilmuan sekalipun.

Sehingga, banyak ilmuwan saat itu yang ditindas oleh gereja karena menyebarluaskan hasil kajian keilmuannya kepada publik yang isinya bertentangan dengan keputusan gereja. Di zaman ini lahir suatu lembaga yang bernama ‘inquisisi’ yang menjalankan berbagai penyiksaan kepada warga Kristen yang tidak ikut pada pendapat gereja sehingga banyak juga yang dibunuh dengan kejam.

Inilah yang menjadi penyebab orang-orang Barat begitu benci kepada agamanya. Karena bagi mereka agama adalah racun yang akan merusak. Sehingga mendengar kata religion saja, menurut Scott Peck akan menyebabkan memori mereka langsung ingat Inquisasi, tahayul, dogmatis, dan lain-lain. Akhirnya mereka membenci agama.

KEDUA : Barat mempunyai problem teks Bibel. Problem ini berkaitan dengan keotentikan teks Bibel dan makna yang terkandung si dalamnya. Bible ternyata tidak mempunyai bukti yang kuat untuk menunjukkan bahwa itu adalah kitab asli sejak zaman Nabi Isa as (Injil).

Kelemahan otentisitas Bibel ini meliputi dua hal mendasar yaitu teks dan maknanya. Teks Bibel Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru hingga kini tidak diketahui siapa sebenarnya yang menulisnya. Professor Bruce M. Metzger, guru besar bahasa Perjanjian Baru di Princeton Theological Seminary —sebagaimana dikutip oleh ustadz Adian Husaini— menyatakan bahwa terdapat dua kondisi yang dihadapi oleh penafsir Bibel yaitu (1) tidak ada dokumen Bibel yang original saat ini, dan (2) bahan yang ada pun sekarang ini bermacam-macam, berbeda satu sama lain. Hingga kini, ada 5000 manuskrip teks. Bible dalam bahasa Yunani (Greek) yang merupakan bahasa asal The New Testament (Perjanjian Baru), yang berbeda satu sama lainnya. Akhirnya mereka tidak percaya pada kitab suci.

KETIGA : Problem teologi Kristen. Di dunia Barat, masalah keluhan menjadi satu problem tersendiri yang rumit. Doktrin teologi Kristen sebenarnya bukan berasal dari masa Yesus, tetapi doktrin tersebut ada setelah berabad-abad kemudian.

Doktrin teologi Kristen diputuskan dalam Konsili Nicea. Konsili (Kesepakatan) ini diadakan oleh Konstantin, Kaisar Romawi, seorang Kaisar yang sebenarnya penganut paganisme (Penyembah berhala), kemudian mengadakan voting untuk menentukan aspek-aspek ketuhanan Yesus. Sehingga disepakati konsep Trinitas. Yesus adalah anak Tuhan, Maria adalah Tuhan ibu, dan Allah adalah Tuhan Bapak.

Pada konsili itu diputuskan bahwa peribadatan Kristen adalah hari Sabtu, dan diputuskan pula peringatan kelahiran Yesus setiap tanggal 25 Desember, padahal sebelumnya adalah setiap tanggal 6 Januari. Akhirnya orang Barat banyak yang apriori tentang keberadaan Tuhan.

Saudara-saudariku rahimakumullaah…

Dari paparan tersebut tampaknya kita ‘maklum-maklum’ saja kalau kemudian orang-orang Barat memilih sikap hidup yang mengabaikan, bahkan mendiskreditkan ajaran agama, sehingga hidup dalam faham liberalisme.

Nah kalau umat Islam yang kemudian memilih faham liberalisme apa alasannya!?

Sejarah Islam, keotentikan al-Qur’an, dan konsep “laa ilaaha illaa Allah” dalam Islam semuanya begitu jelas kebenarannya, tidak hanya diakui oleh umat Islam sendiri bahkan diakui dan dibenarkan oleh kalangan intelektual dan agamawan lain yang ‘bersih hatinya’. Berarti, paham LIBERAL DALAM ISLAM adalah bentuk PENYIMPANGAN terhadap NILAI-NILAI ISLAM.

DOKTRIN & TUJUAN JIL

▀ JIL bertujuan melawan atau menghambat kelompok-kelompok yang berjuang untuk menerapkan syari’at Islam secara kafah dalam kehidupan.

▀ Mendewakan modernitas sehingga Islam harus disesuaikan dengan kemodernan. Jika terjadi konflik antara ajaran Islam dan pencapaian modernitas, maka yang harus dilakukan —menurut mereka— bukanlah menolak modernitas, akan tetapi menafsirkan kembali ajaran Islam tersebut.

▀ Tujuan gerakan JIL dirumuskan ke dalam empat hal,

Pertama : Memperkokoh landasan demokratisasi lewat penanaman nilai-nilai pluralisme, inklusifisme, dan humanisme.
Kedua : Membangun kehidupan keberagaman yang berdasarkan pada penghormatan atas perbedaan.
Ketiga : Mendukung dan menyebarkan gagasan keagamaan (terutama Islam) yang pluralis, terbuka, dan humanis.
Keempat : Mencegah agar pandangan-pandangan keagamaan yang militant dan pro-kekerasan tidak menguasai wacana publik.

▀ Mereka ikut kampanye Islamofobia, yaitu “HANCURKAN ISLAM FUNDAMENTALIS”. Mereka selalu mengkampanyekan bahayanya kebangkitan “Islam Militan” atau “Islam Ekstrim” atau akhir-akhir ini “Islam Teroris.” PADAHAL PENGGUNAAN ISTILAH-ISTILAH TERSEBUT ADALAH BAGIAN DARI PENGACAUAN ATAU TEROR TERHADAP ISLAM DALAM LAPANGAN OPINI PUBLIK. 

Sungguh, sejauh ini belum ada kejelasan makna dari istilah-istilah tadi, apalagi siapa-siapa yang tergolong kelompok itu sulit untuk diilmiahkan.

Misi Islam Liberal untuk memberangus Islam Fundamentalis ini, ternyata juga sejalan dengan misi imperialisme Barat. Media Barat dan Israel menyebut kelompok-kelompok Islam Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam sebagai kaum ekstrim. Dan pasca 11 September 2002, Israel menyebut Hamas, Jihad Islam, dan sejenisnya sebagai teroris.

Saudara-saudariku kekasih Rasulullah SAW yang Kami cintai karena Allah…

ISLAM sudah nyata sejak awal kemunculannya berbicara sistem hidup yang menyeluruh untuk manusia. ISLAM adalah peribadatan (ubudiyah) juga politik dan manajemen kenegaraan. ISLAM adalah sistem pribadi juga sistem bermusyawarah. ISLAM adalah pendidikan (tarbiyah) untuk jasmani juga akal dan ruh. ISLAM adalah sistem yang akan memandu kehidupan dunia juga untuk kepentingan akhirat.

MENGHILANGKAN SEBAGIAN atau satu bagian saja dari ISLAM, berarti telah melakukan PENODAAN terhadap WAHYU, dan sudah pasti tidak akan sampai kepada hakikat diri kebenaran.

Kami berharap dan berdoa, semoga dari penjelasan di atas dapatlah kiranya saudara-saudariku sekalian MEN-DETEKSI keluarga, sahabat, atau kerabat yang bisa jadi sudah TERKONTAMINASI oleh SESATNYA PAHAM JIL tersebut, agar selanjutnya mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam secara kafah. Amin yaa robbal’alamiin…

Wallahu’alam Bishawab

*Tulisan lepas Syabab

@Padepokan One Brother#

No comments:

Post a Comment